Bersikaplah tenang dan atasi emosi untuk mencari solusi konflik pernikahan.Pernikahan merupakan komitmen bersama seumur hidup, termasuk perjuangan pasangan menghadapi berbagai konflik yang terjadi dalam relasi suami istri. Pernikahan yang gagal, umumnya terjadi karena salah satu pihak berhenti mencari solusi untuk masalah yang terjadi, atau tidak memiliki keinginan untuk mencari solusinya.
Padahal, hanya ada dua masalah dalam pernikahan: masalah yang bisa diselesaikan, dan masalah yang tak bisa diselesaikan. Hanya saja, penyelesaiannya tak bisa berlangsung secara instan. Butuh komitmen untuk menghadapi kedua tipe masalah tersebut dengan cara tepat. Bagaimana tekniknya?
1. Klasifikasi masalah
Tentukan tipe masalah dari isunya, isu yang mudah dicari jalan keluarnya, atau jalan keluar yang sulit. Tipe masalah dengan isu tertentu bisa dicari jalan keluarnya dengan kompromi. Kebiasaan buruk pasangan yang seringkali membuat Anda kesal, seperti kebiasaan pasangan meninggalkan kaus kaki kotor sembarangan atau menyimpan benda tidak pada tempatnya, hanyalah masalah ringan. Sedangkan masalah yang sulit dicari jalan keluarnya, contohnya prinsip hidup pasangan yang tidak sejalan dengan Anda, atau nilai-nilai dalam keluarga yang bertentangan dengan nilai-nilai yang Anda anut.
2. Belajar menerima pasangan
Untuk pasangan menikah, belajar menerima pasangan menjadi solusi dari berbagai masalah yang masih bisa terselesaikan dengan kompromi. Sedangkan masalah yang sulit dicari solusinya, umumnya sudah Anda temukan dan tentukan sebelum menikah. Contohnya jika Anda dan pasangan berbeda keyakinan. Apapun keputusan yang dibuat, Anda dan pasangan telah bersepakat menjalani solusi bersama untuk menghindari konflik di kemudian hari. Masalah seperti perbedaan cara berpikir atau nilai-nilai yang dipegang, bisa dicari solusinya dengan diskusi dan kompromi. Pasangan perlu dengan sadar menerima adanya perbedaan tersebut. Jika tidak, hal ini bisa menjadi pemicu perpisahan.
3. Cobalah tenang dan hindari emosi berlebihan
Hadapi masalah dengan tenang, karena cinta bisa menjadi modal utamanya. Klise memang mengatasnamakan cinta untuk mencari solusi berpasangan. Namun cara ini lebih baik dibandingkan menyerang pasangan dengan teriakan atau bersikap defensif. Sikap defensif muncul ketika Anda atau pasangan saling meremehkan karena ketidakmampuannya melakukan apa yang Anda atau dia sukai. Melihat masalah dari diri sendiri dan bukan menyalahkan pasangan juga akan menyelematkan hubungan. Sikap menyalahkan pasangan dengan lebih sering mengatakan pernyataam "kamu" daripada "saya" akan membuat pasangan merasa diserang.
4. Membuat kesepakatan dalam pernikahan
Keputusan untuk menikah sudah dipikirkan dengan matang, begitupun dengan pilihan pasangan bukan? Jadi, konflik pernikahan tidak akan menjadi krisis besar tanpa akhir jika Anda dan dia kembali kepada komitmen yang dibangun bersama saat menikah. Pernikahan sebenarnya sudah menjadi komitmen besar untuk membangun kehidupan berpasangan dengan cara yang sehat. Namun jika memang diperlukan, buatlah perjanjian bersama tentang bagaimana Anda dan pasangan sebaiknya menjalani pernikahan.
Misalnya, membuat perjanjian yang disepakati bersama, untuk tetap menjaga hubungan dengan mengedepankan sikap penuh cinta dan penghargaan. Jadi ketika menghadapi masalah, Anda dan pasangan merujuk kepada komitmen ini, berdiskusi dan kompromi untuk mencari solusi. Bentuk kesepakatan yang lebih detail bisa Anda wujudkan bersama pasangan. Anda dan pasangan tentu lebih mengetahui apa yang seringkali menjadi sumber konflik bukan?
Senin, 04 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar